Home » Opini » Pemimpin bukanlah "Jabatan"
Pemimpin bukanlah "Jabatan"
Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat selalu membutuhkan adanya sosok seorang pemimpin. Di dalam kehidupan rumah tangga diperlukan adanya pemimpin atau kepala Keluarga, di sebuah Negara ada Presidennya. Setiap orang sebenarnya adalah seorang pemimpin bagi diri mereka sendiri.Ini semua menunjukkan betapa penting kedudukan pemimpin dalam suatu masyarakat, baik dalam skala yang kecil apalagi skala yang besar.
Namun, menjadi seorang pemimipin tidak harus menjunjung tinggi jabatan yang telah diraih dan merasa sebagai penguasa serta memiliki pengaruh terbesar karena yang perlu ditekankan pemimpin bukanlah sebuah jabatan, tapi tanggung jawab yang tulus dalam arti tumbuh dari dalam diri tidak ada unsur paksaan apalagi pamrih. Tidak harus menjadi pemimpin yang ideal yang di idam-idamkan banyak orang tapi menjadi pemimpin yang berhasil memimpin diri sendiri terlebih dahulu menuju yang lebih baik adalah lebih baik dari pada harus memenuhi tuntutan orang lain untuk menjadi seorang pemimpin yang ideal, karena termasuk pamrih hanya ingin mendapat pujian. Perlu di ingat bahwa semua yang tidak berasal dari kesadaran diri tidak akan bertahan lama.
Kepemimpinan sesungguhnya tidak ditentukan oleh pangkat atau pun jabatan seseorang. Kepemimpinan adalah sesuatu yang muncul dari dalam diri dan merupakan buah dari keputusan seseorang untuk mau menjadi pemimpin, baik bagi dirinya sendiri, bagi keluarganya, bagi lingkungan pekerjaannya, maupun bagi lingkungan sosial dan bahkan bagi negerinya.
Hal ini dikatakan dengan lugas oleh seorang jenderal dari Angkatan Udara AS.:
”I don’t think you have to be
wearing stars on your shoulders or a title to be a leader. Anybody who wants to raise his hand can be a leader any time.”
—General Ronal Fogleman, US Air Force—
Kepemimpinan adalah sebuah keputusan dan lebih merupakan hasil dari proses perubahan karakter atau transformasi internal dalam diri seseorang. Salah satu pondasi kepemimpinan adalah pengenalan diri yang berakar pada disiplin diri. Kepemimpinan melibatkan banyak orang, oleh karena itu menjadi seorang pemimpin harus jauh dari sifat egois. Selain memahami diri sendiri, pemimpin harus mampu memahami orang lain agar bisa tegas dalam memghadapi seseorang dan dalam mengambil keputusan.
Kepemimpinan adalah unsur yang fundamental dalam menghadapi gaya dan perilaku seseorang. Hal itu merupakan potensi untuk mampu membuat orang lain (yang dipimpin) mengikuti apa yang dikehendaki pemimpinnya menjadi realita. Ia melibatkan unsur emosi yang pada kenyataannya dapat selalu berubah. Menerapkan kepemimpinan tidak selalu berjalan mulus. Boleh jadi orang yang dipimpin merasa ragu-ragu akan kemampuan pemimpin, tidak jelas apa dan mengapa pemimpin menginstruksikan sesuatu, apatis terhadap pemimpin atau bahkan bisa saja menunjukkan konflik dengan pemimpin. Karyawan (orang yang dipimpin) yang baik menjadikannya sebagai motivasi dira demi pengembangan diri di waktu sekarang dan masa depan.
Pemimpin tidak boleh semena-mena terhadap bawahan karena roda selalu berputar, sebelum jadi pemimpin pasti seseorang pernah dipimpin dan tidak menutup kemungkinan setelah jadi pemimpin, seseorang juga akan dipimpin. Selain itu tidak ada pemimpin yang berada di puncak paling atas, karena diatas pemimpin masih ada pemimpin lagi. Allah SWT adalah pemimpin yang Maha Agung.
Agar tidak menjadi pemimpin yang bisanya hanya sekedar menyuruh, maka ada beberapa hal yang perlu diterapkan oleh sang pemimpin, yaitu:
1. Tangung Jawab, Bukan Keistimewaan
2. Pengorbanan, Bukan Fasilitas
3. Kerja Keras, Bukan Santai
4. Melayani, Bukan Sewenang-Wenang
5. Keteladanan dan Kepeloporan, Bukan Pengekor
-By: Ien-
-
Diposting oleh
Indah Tri
Label:
Opini
0 komentar
Silahkan Beri Komentar Saudara...